Melewati Dinamika Pemilu, Mari Menyatu Kembali[1]
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي بِيَدِهِ
الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، يُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ يَشَاءُ
وَيَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ يَشَاءُ وَيُعِزُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُذِلُّ مَنْ
يَشَاءُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً عَصَمَ اللهُ قَائِلِيهَا دِمَاءَهُمْ
وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ اللهُ بِالْهُدَى رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَبَارِكْ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ فِي
الأَوَّلِيْنَ وَالأخِرِيْنَ وَفِي كُلِّ حِيْنٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى
اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ،
قال الله عز وجل: يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Hadirin jamaah
shalat Jumat rahimakumullah
Melalui
mimbar ini, Alfaqir mengajak kepada hadirin semua, juga kepada
diri sendiri agar senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah swt, di manapun
kita berada, dengan cara berusaha maksimal menjalankan perintah-perintah Allah
dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Insyaallah jika komitmen dan istikamah
dengan takwa, kita akan selamat di kehidupan dunia sampai akhirat, dan akan
mendapat kemuliaan di sisi Allah swt.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kita
sudah melewati berbagai tahapan pemilihan umum (Pemilu) di tahun ini. Yang
terakhir, kita sudah berpartisipasi aktif dengan menggunakan hak pilih kita
kepada calon presiden dan wakil presiden, DPR RI, DPRD provinsi, DPRD
kabupaten/kota, dan DPD. Harapannya, lahir pemimpin bangsa dan legislator yang
benar-benar amanah, mengayomi rakyatnya, dan menebar kecintaan kepada semua
warga Indonesia.
Pilihan
kita tentu tidak bisa seragam. Inilah demokrasi kita yang memberikan kepada
semua warga Indonesia kebebasan yang mutlak dalam memilih calon pemimpin. Kita
tidak bisa dipaksa pihak lain untuk memilih calon-calon tertentu.
Demokrasi
mengajak kita untuk memilih calon pemimpin, calon legislatif sesuai hati nurani
dan preferensi yang didasarkan pada program yang ditawarkan, rekam jejak,
integritas, dan lain sebagainya.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Berbagai
dinamika di tahun politik sudah kita saksikan bersama, dan alhamdulillah dapat
kita lalui. Rakyat Indonesia sudah menunaikan hak pilihnya masing-masing. Para
simpatisan, pendukung, tim sukses sudah bekerja maksimal. Kini saatnya berdoa
dan bertawakal kepada Allah swt.
Apapun
hasilnya, bila semua tahapan dilalui dengan baik dan sesuai aturan yang
berlaku, kita harus terima. Di sinilah sikap kedewasaan kita kemudian diuji,
kita harus legowo bila calon yang kita pilih belum ditakdirkan
menjadi pemimpin saat ini. Kita juga harus ikhlas dan menjauhi sikap-sikap yang
tak pantas.
Saatnya
kita menyatu kembali. Dalam konteks kebangsaan, kita adalah satu dan menyatu
dalam satu negara, yaitu Indonesia. Kepentingan kita adalah menjaga negeri ini
tetap utuh. Dan keutuhan tersebut dapat diwujudkan oleh rakyatnya yang selalu
mencintai persatuan, mencintai perdamaian, dan mencintai persaudaraan. Terkait
pentingnya persatuan ini, Allah swt telah berfirman dalam Al-Qur'an:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَانًا
Artinya,
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan
karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.” (QS Ali ‘Imran [3]: 103)
Imam
Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib menyatakan
para ulama ahli tafsir memiliki pandangan yang berbeda-beda perihal maksud
dari hablillah (agama Allah).
Pertama,
memiliki arti taat atas segala perintah dan menjauhi larangan.
Kedua,
ada yang mengartikan dengan bertaubat kepada Allah.
Ketiga,
ulama manafsirkan perihal spirit persatuan antarumat, dan pendapat yang
terakhir itu merupakan pandangan yang paling kuat dari penafsiran lainnya.
Dengan
demikian, membangun dan mempertahankan persatuan merupakan kewajiban kita semua
yang tidak boleh dilalaikan. Semua media atau perantara penting yang bisa
menjadi pendukung terciptanya persatuan harus kita lakukan. Salah satunya
adalah dengan menumbuhkan sifat saling menghargai, mengakui keragaman, dan
tidak saling menyalahkan antar yang satu dengan yang lainnya, meskipun kita
beda pilihan politiknya.
Jamaah shalat
Jumat rahimakumullah
Persatuan
sangat memiliki dampak positif di antara kita semua. Dengan persatuan itu, kita
tidak lagi mempermasalahkan kecenderungan pilihan politik yang berbeda.
Kita
diingatkan bahwa kita semua memiliki kepentingan yang lebih besar, yakni persoalan
kebangsaan dan negara Indonesia yang kita cintai ini agar tetap tegak berdiri.
Indonesia tidak boleh rusak dan pecah hanya gara-gara persoalan politik.
Ikhtiar
agar selalu merajut persatuan juga diajarkan Rasulullah saw. Nabi Muhammad
adalah sosok yang sangat berjuang untuk menciptakan persatuan sejak masa awal
kenabiannya.
Beliau
tidak henti-hentinya mengajak para sahabat untuk terus bersatu menghindari
perpecahan di saat khutbah. Dan, salah satu buktinya adalah keberhasilan nabi
dalam mempersatukan dua sahabat, yaitu sahabat Anshor dan Muhajir, hingga
tercipta sahabat yang solid dan saling bahu membahu antar keduanya.
Teladan
Rasulullah dalam mengajak untuk bersatu ini terus dilanjutkan oleh para sahabat
setelah ia wafat. Para sahabat selalu berupaya untuk terus mempertahankan
persatuan yang telah diwariskan oleh baginda nabi.
Di
antara contohnya adalah sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Abdullah bin
Mas’ud sebagaimana diceritakan dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir,
bahwa dalam suatu kesempatan, ia berkhutbah di hadapan para sahabat yang
lainnya untuk terus memperjuangkan persatuan dan kesatuan. Ia mengatakan:
خَطَبَنَا عَبْدُ الله يَوْمًا خُطْبَةً لَمْ يَخْطُبْنَا
مِثْلَهَا قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا، قَالَ: أَيُّهَا النَّاسُ أتَّقُوْا اللهَ
وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّهَا حَبْلُ اللهِ الَّذِي
أَمَرَ بِهِ وَإِنَّ مَا تَكْرَهُوْنَ فِي الطَّاعَةِ وَالْجَمَاعَةِ خَيْرٌ
مِمَّا تُحِبُّوْنَ فِي الْفُرْقَةِ
Artinya,
“Abdullah bin Mas’ud telah berkhutbah kepada kami di suatu hari, dengan khutbah
yang tidak pernah disampaikan sebelumnya atau sesudahnya. Ia berkata: Wahai
manusia! Bertakwalah kalian semua kepada Allah, dan berpegangteguhlah dengan
ketaatan dan persatuan, karena persatuan itu adalah tali Allah yang telah Dia
perintahkan. Sungguh, apa yang dibenci dalam ketaatan dan persatuan, lebih baik
dari apa yang disenangi dalam perpecahan.”
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Allah
swt juga telah melarang kita melakukan tindakan-tindakan dan semua ucapan yang
merusak persatuan. Semua itu harus kita hindari. Bahkan, Allah swt mengancam
dengan azab yang sangat berat kepada orang-orang yang merusak persatuan ini,
sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ
بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya,
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan
berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (QS Ali ‘Imran [3]: 105).
Jamaah shalat
Jumat rahimakumullah
Demikian
khutbah Jumat ini. Semoga bermanfaat. Terakhir, Alfaqir kembali mengajak kepada
semuanya, mari kembali rajut persatuan dan persaudaraan kita. Hiruk-pikuk Tahun
politik sudah kita lewati. Saatnya kita bersatu lagi.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ
الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا
أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ
لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ
وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ
التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا
الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.
وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ
وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ
وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ
بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِِنَّ اللَّهَ
وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا
اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا
اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ
وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ
وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا
هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ
[1] Syamsul
Arifin, dalam https://jombang.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-melewati-dinamika-pemilu-mari-menyatu-kembali-3bcs1